BAB II
PEMBAHASAN
A. Kanker
a.
Pengertian
Kanker
Kanker atau karsinoma (Yunani, Karkinos = kepiting) adalah pembentukan jaringaan baru yang
abnormal dan bersifat ganas (maligne). Suatu
kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri secara pesat
dan terus menerus (proliferasi).
Akibatnya adalah pembengkakan atau benjolan
yang disebut tumor atau neoplasma (Latin,
neo
= baru, plasma = bentukan). Sel-sel kanker ini menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan memusnahkannya. Tumor primer setempat itu sering kali
menyebarkan sel-selnya melalui saaluran darah dan limfe ke tempat lain di tubuh
(metastese), untuk selanjutnya
berkembang menjadi tumor sekunder. Gejala-gejala
umum utama adalah nyeri yang sangat
hebat, penurunan berat badan mendadak, kepenatan total (cachexia) dan berkeringat malam.
Jenis-jenis
kanker yang dikenal banyak sekali dan hampir semua organ dapat dihinggapi
penyakit ganas ini, termasuk limfe, darah, sumsum, dan otak. Kanker merupakan
penyebab kematian kedua di dunia setelah penyakit jantung dan pembuluh. Berkat
penyuluhan besar-besaran di dasawarsa lalu mengenai peranan makanan sehat, di
beberapa negara Barat, kanker telah menempatkan urutan nomor satu menggantikan
penyakit PJP.
Bentuk-bentuk
tumor dinamakan menurut jaringan
tempat neoplasma berasal, yaitu:
·
Adenoma
: benjolan maligne pada kelenjar, misalnya pada prostat dan mamma.
·
Limfoma
: kanker pada kelenjar limfe, misalnya penyakit (non-) Hodgin dan penyakit
burkitt yang berciri benjolan rahang.
·
Sarkoma
: neoplasma
ganas yang berasal pembuluh darah, jaringan ikat, otot atau tulang, misalnya
sarkoma kaposi, suatu tumor di bawah kulit tungkai bawah dengan bercak-bercak merah.
·
Leukimia
:
kanker darah yang berhubungan dengan produksi leukosit yang abnormal tinggi dan
eritrosit sangat berkurang.
·
Myeloma:
kanker pada sumsum tulang, misalnya penyakit kahler (multiple myeloma) dengan pertumbuhan liar sel-sel plasma di
sumsum. Sel plasma termasuk leukosit dan membentuk antibodies.
·
Melanoma
:
neuplasma kulit lainnya yang dapat menyebar dengan pesat. Neuplasma kulit
lainnya yang dapat terjadi adalah dari sel basal dan sel “plaveisel” (squamous
cell). Berlainan dengan melanoma, kedua jenis kanker terakhir dapat
disembuhkan.
b.
Penyebab
Kanker
Riset pada
dasawarsa terakhir mengungkapkan bahwa kanker disebabkan oleh terganggunya
siklus sel akibat mutasi dari gen-gen yang mengatur pertumbuhan. Pada umumnya
dibutuhkan minimal dua jenis mutasi untuk membentuk pertumbuhan sel ganas.
Sel-sel tumor berdaya menjauhkan diri dari regulasi pertumbuhan sel normal. Hal
ini dicapai dengan jalan perubahan genetis, sehingga sel tumor menjadi mandiri
dari regulasi tersebut. Oleh karena itu, kanker termasuk penyakit yang
diakibatkan defek pada gen.
Defek pada gen dapat diakibatkan oleh
banyak sebab, yaitu:
·
Radiasi dari X-ray, gamma-ray, UV-C (260
nm) yang diabsorbsi kuat oleh DNA;
·
Zat-zat kimia dari lingkungan, seperti
polusi, asap rokok;
·
Radikal bebas yang sangat reaktif (O2,
H2O2,OH-) dari pernapasan biasa dan proses-proses faal
lainnya.
·
Sitostatika, obat-obat unuk kemoterapi
kanker, yang sendirinya memiliki risiko besar untuk menimbulkan kanker baru,
seringkali leukimia.
Proses
timbulnya kanker. Tumor ganas terjadi melalui beberapa tingkat, yaitu :
1. Fase
inisiasi : DNA dirusak akibat radiasi atau zat karsinogen (radikal bebas).
Zat-zat inisiator ini mengganggu proses reparasi normal, sehingga terjadi
mutasi DNA dengan kelainan pada kromosomnya. Kerusakan DNA diturunkan kepada
anak-anak sel dan seterusnya.
2. Fase
promosi : zat karsinogen tambahan (co-carcinogens)
diperlukan sebagai promotor untuk mencetuskan proliferasi sel. Dengan demikian
sel-sel rusak menjadi ganas.
3. Fase
progresi : gen-gen pertumbuhan yang diaktivasi oleh kerusakan DNA mengakibatkan
mitose dipercepat dan pertumbuhan liar dari sel-sel ganas. Tumor menjadi
manifes.
Sel-sel
tumor dapat menggandakan gen-gennya sampai 10.000 kali lebih cepat daripada sel
normal. Oleh karena itu, berbagai mutasi dapat berlangsung serentak, juga
akibat kekhilafan genetis spontan. Sel membelah dalam beberapa fase selama
siklusnya, yang rata-rata memakan waktu sekitar 20 jam. Terbentuknya sel kanker
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor
lingkungan
Menurut perkiraan
sekitar 80 % dari semua kanker yang menerpa manusia diakibatkan oleh pengaruh
lingkungan dalam arti seluas-luasnya, yakni pengaruh zat-zat karsinogen dari
luar (eksogen). Faktor-faktor eksogen penting seperti, pengotoran udara, sinar
ultraviolet dari matahari, radiasi terlalu sering dengan dosis tinggi oleh
sinar-sinar ionisasi, tembakau pada rokok, dan makanan yang kaya akan lemak
hewan dan miskin serat nabati.
2. Faktor
keturunan
3. Zat-zat
karsinogen
Adalah zat-zat yang dapat
mengakibatkan tumor melalui kontak dengannya (lokal, inhalasi) atau secara oral
(usus).
c.
Penanganan
pada Penderita Kanker
Ada berbagai
cara penanganan kanker, seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi, hormon
terapi, imunoterapi, dan hipertermi. Sering kali cara-cara ini dikombinasikan,
yakni penanganan secara lokal dan sistemis pada saat dideteksi penyakit.
Pembedahan dan radiasi dapat mencapai penyembuhan lengkap (kuratif) bila
dilakukan sedini mungkin dan bila belum terjadi metastasis.
1. Pembedahan,
untuk mengeluarkan secara radikal hanya dapat dilakukan pada tumor tunggal yang
belum menyebar. Risikonya adalah penyebaran sel-sel tumor ke jaringan dan
pembuluh sekitarnya akibat pemotongan.
2. Radiasi,
dengan sinar radioaktif (radioterapi) yang membakar dan memusnahkan sel-sel
tumor dan dapat bersifat kuratif ataupun paliatif.
3. Kemoterapi,
yakni pengobatan dengan sitostatika, juga bersama dengan radioterapi.
4. Terapi
hormon, hormon dan antihormon tertentu digunakan pada kanker yang
pertumbuhannya tergantung dari hormon.
5. Imunoterapi,
pengobaatan gangguan maligne dengan zat-zat stimulator sistem imun, seperti
interferon dan interleukine-2.
6. Hipertermi,
penanganan tumor dengan kalor sebagai terapi tambahan untuk memperkuat efek
radiasi.
7. Genterapi,
inaktivasi dari gen-gen tertentu yang berperan penting pada pertumbuhan liar
dari tumor.
8. Terapi
sel batang, masih berada dalam tingkat eksperimentil.
9. Terapi
komplementer, yakni penanganan untuk memusnahkan sel ganas dan metastasis
mikroskopis yang belum dideteksi dengan metode lazim.
B. Sitostatika
Sitostatika
atau onkolitica (Yunani, kytos = sel, statis = terhenti, ongkos =
benjolan, lysis = melarutkan) adalah
zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas (maligne).
Prinsipnya
adalah penggunaan obat-obat dengan langsung merusak DNA (dan RNA) sel.
Senyawa-senyawa ini mematikan sel-sel dengan menstimulir apoptosis. Dosis dan
jadwal kemoterapi terbatas pada daya tahan jaringan normal, terutama jaringan
yang berkembang pesat seperti sumsum tulang dan mukosa saluran cerna. Juga
tergantung dari farmakokinetika obat bersangkutan dan afinitasnya terhadap
jaringan tertentu. Mekanisme efek terapeutik dari obat-obat ini adalah mencari
dan memanfaatkan perbedaan antara sel normal dan sel kanker, khususnya
diarahkan pada defek-defek genetik dari sel kanker.
Karena
kebanyakan tumor menimbulkan resistensi pesat terhadap obat tunggal, maka
dikembangkan prinsip kemoterapeutika intermiten dengan multi-drug, khususnya obat dengan mekanisme daya kerja yang berlainan
tanpa toksisitas yang overlapping.
Antikanker
merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya dapat menyebabkan efek
toksik berat, yang mungkin sampai menyebabkan kematian secara langsung maupun
tidak langsung. Karena antikanker umunya bekerja pada sel yang sedang aktif,
maka efek sampingnya juga terutama mengenal jaringan dengan proliferasi tinggi
yaitu : sistem hemopoetik dan gastrointestinal.
Sebagian
besar antikanker memperlihatkan sifat teratogenik pada binatang. Walaupun
bahayanya pada manusia belum terbukti, dianjurkan agar sedapatnya tidak
diberikan pada kehamilan trimester pertama. Juga perlu dipertimbangkan
kemungkinan efek toksik pada janin yaitu pada sistem hemopoetik, hati dan
ginjal.
Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat-obat anti tumor pada umumnya dibagi dalam beberapa
golongan sebagai berikut :
a. Zat
alkilasi
b. Antimetabolit
c. Antimitotika
d. Antibiotika
e. Imunomodulansia
f. Hormon
dan antihormon
g. Obat
lainnya
h. Obat
alternatif
C. Anti Kanker Produk Alam
Antimitotika
yakni zat yang berguna untuk menghindari pembelahan sel pada metafase (tingkat kedua dari mitosis), jadi merintangi
pembelahan inti. Antimitotika mencegah masuknya belahan kromosom ke dalam anak
inti. Obat-obat yang kini digunakan adalah hasil tumbuhan, yakni alkaloida
Vinca (vinblastin, vinkristin, dan derivat semi sintetiknya vindesin),
podofilin (serta derivat-derivatnya etoposida dan tenoposida) dan obat-obat
terbaru dari kelompok taxoida (paclitaxel, docetaxel).
Alkaloida
vinca, seperti vinblastin dan vinkristin, diisolosi dari tanaman Vinca rosea Linn. Mekanisme kerjanya
sebagai antikanker adalah dengan mengikat tubuli dan menghambat pembentukan
komponen mikrotubuli pada kumparan mitosis sehingga metafase berhenti.
Alkaloida vinca bekerja secara khas
pada fase M. Vinkristin mempunyai
aktivitas lebih besar dibanding
vinblastin karena mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam sel kanker yang lebih
baik.
a.
Vinblastin
Vinblastin
juga efektif untuk pengobatan karsinoma payudara, kariokarsinoma, kanker kepala
dan leher, neuroblastoma dan beberapa limfoma. Biasanya sebagai terapi
kombinasi dengan bleomisin dan cisplatin, atau dengan doksorubisin dan/atau
prednisolon.
Sifat
fisikokimia vinblastin yaitu serbuk hablur atau amorf, putih atau agak kuning,
tidak berbau, dan higroskopik. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam air. pH
vinblastin antara 3,5 dan 5,0. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup
rapat, tidak tembus cahaya, dalam lemari pembeku.
Efek
sampingnya terutama berdasarkan myelosupresi kuat, terutama leukopenia yang
biasanya hilang setelah satu minggu. Lagi pula rasa lelah, mual, muntah-muntah,
demam, lebih jarang rontok rambut, dan radang saraf (neuritis) dengan kesemutan
jari-jari tangan. Dosis i.v. 0,1-0,2 mg/kg.
b.
Vinkristin
Pada
garis besarnya sama spekrum kerja dan penggunaannya dengan vinblastin, antara
kedua obat tidak terdapat resistensi-silang lengkap. Pada leukimia akut obat
ini dikombinasi dengan prednison. Vinkristin juga efektif untuk pengobatan beberapa
leukimia, limfoma, sarkoma, dan karsinoma. Obat
ini juga banyak digunakan pada tumor anak-anak.
Sifat
fisikokimia vinkristin yaitu serbuk hablur atau amorf, putih hingga agak
kuning, tidak berbau, dan higroskopik. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam
air, larut dalam metanol, dan sukar larut dalam etanol. pH vinkristin antara
3,5 dan 4,5. Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus
cahaya, dalam lemari pendingin.
Efek
sampingnya sama dengan vinblastin, tetapi myelosupresi lebih ringan, sedangkan
neurotoksisitasnya lebih besar. Dosis :
1x seminggu 0,05-0,15 mg/kg.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Kanker
adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan
atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis
lainnya pada organisme multiseluler.
2. Faktor-faktor
penyebab kanker diantaranya faktor lingkungan, faktor keturunan, dan zat-zat
karsinogenik.
3. Penanganan
pada penderita kanker umumnya dilakukan pembedahan, kemoterapi, ataupun
radioterapi.
4. Sitostatika
adalah zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas
(maligne).
5. Sitostatika
yang berasal dari alam misalnya vinblastin dan vinkristin yang diperoleh dari
tanaman Vinca rosea.
6. Vinkristin
mempunyai aktivitas lebih besar
dibanding vinblastin karena mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam sel kanker
yang lebih baik.
B.
Saran
Dengan adanya makalah sederhana ini, penulis mengharapkan agar para pembaca
dapat memahami materi Kimia Medisinal ini dengan mudah. Saran dari penulis agar
para pembaca dapat menguasai materi singkat dalam makalah ini dengan baik,
kemudian dilanjutkan dengan pelatihan soal dan mencari literatur lain yang
berhubungan agar semakin menguasai materi.